Adabanyak cara yang bisa dilakukan untuk menambah pundi-pundi rupiah. Nah, berikut ini ada beberapa cara jitu yang dapat dilakukan untuk menambah pemasukan untuk keluarga. 1. Melakukan Pekerjaan Lain. Meskipun sudah memiliki pekerjaan tetap, tapi jika pemasukan belum mampu memenuhi segala kebutuhan, tidak ada salahnya untuk mencari pekerjaan lain.
2 Berdasarkan UU no. 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga yaitu bahwa Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas ( BAB I Ayat 8). 3.
Padaasuransi ini, seluruh keluarga akan termasuk ke dalam pihak yang dilindungi sesuai ketentuan yang berlaku dalam polis. Artinya, 1 polis digunakan untuk seluruh anggota keluarga. Mengingat, risiko yang ditanggung setiap orang berbeda, maka premi yang harus dibayar oleh orang tua dan anak pun juga tak sama. Alasan Harus Memiliki Asuransi Keluarga
ο»Ώpendapatankeluarga adalah sebesar 39,68 %. Pada tabel diatas dapat juga dilihat bahwa . pendapatan Ibu rumah tangga terhadap keluarga . yang tert inggi adal ah sebesar Rp 3.850.000
Kehidupansehari-hari memang tidak lepas dari politik, baik politik dalam keluarga yang dapat membentuk nilai-nilai kedisiplinan dan mendukung pertumbuhan pribadi seorang anak, maupun politik yang bersifat sosial yaitu politik yang berguna untuk menambah kemampuan berinteraksi dengan masyarakat dan menjadikan diri lebih terbuka lagi, sehingga anak tidak penjadi manusia yang apatis, melainkan menjadi seorang manusia yang demokratis serta terbuka.
QooY3gm.
Asuransi jiwa murni punya banyak jenis dan asuransi jiwa berjangka term life menjadi salah satu jenisnya. Apa itu asuransi jiwa berjangka? Cukup banyak orang yang bingung ketika hendak memilih asuransi jiwa murni. Kebingungan mereka dikarenakan asuransi jiwa itu ternyata terdiri dari beberapa jenis. Pada dasarnya, tiap-tiap jenis asuransi jiwa dibedakan berdasarkan masa pertanggungan hingga manfaat pertanggungan yang diberikan kepada ahli waris. Menariknya, kesadaran orang-orang Indonesia buat membeli premi asuransi jiwa belakangan ini meningkat. Data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia AAJI tahun 2019 menunjukkan peningkatan pertumbuhan pada kuartal ke-3 sebesar 14,7 persen menjadi Rp 171,83 triliun. Peningkatan ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kuartal ke-3 tahun 2018. Pada kuartal tersebut di tahun 2018, pertumbuhan asuransi jiwa mencatatkan angka Rp 149,87 triliun. Tentu aja kamu yang sedang membaca tulisan ini termasuk salah satu orang yang punya keinginan membeli polis asuransi jiwa, tapi masih perlu memahami lebih jauh tentang asuransi ini. Nah, ulasan kali ini mau menyampaikan informasi-informasi yang sebaiknya kamu ketahui soal asuransi term life. Seperti apa ulasannya? Yuk, disimak. Seorang pria sedang mengisi form asuransi jiwa Shutterstock. Asuransi jiwa berjangka atau asuransi jiwa term life adalah jenis asuransi jiwa murni yang manfaatnya bisa dirasakan selama periode tertentu. Istilah periode tertentu inilah yang dikenal dengan nama masa pertanggungan dalam jangka waktu tertentu. Lebih jelasnya kalau tertanggung si pembayar premi meninggal selama masa tertanggung, ahli waris punya hak atas manfaat asuransi jiwa berjangka berupa uang pertanggungan dan manfaat-manfaat lainnya dari perusahaan asuransi. Saat ini banyak perusahaan asuransi yang menawarkan asuransi tersebut dengan penawaran yang terbilang kompetitif. Perusahaan-perusahaan tersebut memberi tawaran asuransi jiwa term life lebih dari sekadar uang pertanggungan dengan premi yang murah. Manfaat lebih dari sekadar uang pertanggungan ini pertanggungan luas mencakup pemberian santunan, pembebasan premi, hingga pertanggungan kredit. Keuntungan-keuntungan asuransi jiwa berjangka term life Asuransi jiwa juga penting untuk kamu miliki Shutterstock. Mereka yang baru pertama kali hendak membeli polis asuransi jiwa tentu aja melakukan penelusuran informasi lebih dalam agar menemukan pilihan yang tepat. Asuransi jiwa berjangka dapat menjadi pilihan bagi keluarga muda dengan bujet yang terbatas. Nah, kalau kamu salah satu dari mereka yang mencari asuransi jiwa pertama, ada baiknya mengetahui keuntungan-keuntungan dari asuransi term life di bawah ini sebagai bahan pertimbangan. 1. Premi asuransi jiwa term life lebih terjangkau Dibandingkan jenis-jenis asuransi jiwa lainnya, premi asuransi jiwa berjangka terbilang terjangkau. Kenapa bisa demikian? Sebab asuransi punya masa pertanggungan terbilang singkat dimulai dari 1 tahun. 2. Asuransi jiwa term life memberi banyak pilihan masa pertanggungan Banyak opsi masa pertanggungan yang bisa dipilih dari asuransi ini. Kamu bisa membayar premi selama 1 tahun atau bahkan 30 tahun. Pemilihan masa pertanggungan sebaiknya didasari kondisi keuanganmu. Misalnya aja sebagian besar pendapatanmu dianggarkan buat memenuhi tiga orang anggota keluarga. Asuransi dengan masa pertanggungan 10 β 30 tahun bisa menjadi pilihan yang cocok. Sebab kamu membayar premi asuransi jiwa dari awal hingga akhir masa pertanggungan dengan besaran yang sama. 3. Asuransi jiwa term life cocok buat mereka yang baru membina rumah tangga Pernikahan menjadi seremoni yang paling menguras biaya di Indonesia. Memulihkan kondisi keuangan pascamenikah menjadi fokus mereka yang baru menikah sampai-sampai pembelian polis asuransi jiwa ditunda dulu. Padahal, dengan membeli polis asuransi jiwa berjangka, mereka yang baru berkeluarga dapat memiliki proteksi keuangan berbiaya murah. Dengan kata lain, pengeluaran buat asuransi jiwa term life gak bakal sampai membebani keuanganmu. 4. Asuransi jiwa term life lebih simpel dan mudah dipahami Memilih asuransi ini sebagai pilihan pertama asuransi jiwa dapat menjadi awalan yang baik dalam memiliki proteksi keuangan. Kamu cuma perlu memilih jenis asuransi ini berdasarkan jumlah uang pertanggungan, lamanya masa pertanggungan, dan perusahaan asuransi yang menawarkan. Intinya, selama kamu disiplin membayar premi, manfaat dari asuransi jiwa bakal dirasakan. Ditambah lagi menemukan asuransi jiwa berjangka terbaik menjadi lebih mudah dan cepat dengan membandingkan pilihan satu dan pilihan lainnya di Lifepal. Kamu gak cuma menemukan pilihan terbaik, tapi juga dapat melakukan klaim lewat Lifepal. Mau tahu lebih lanjut? Temukan pilihan yang cocok sekaligus terbaik di halaman asuransi pada website Agar lebih mudah menemukan asuransi jiwa terbaik, Lifepal telah menyediakan kuis mendapat asuransi jiwa terbaik. Kamu cukup mengisi kuis berikut ini dan asuransi jiwa terbaik akan direkomendasikan untuk kamu. Buat kamu yang mau tahu lebih banyak tentang asuransi jiwa dan topik keuangan lainnya? Lihat pertanyaan populer seputar asuransi jiwa dan topik keuangan lainnya di Tanya Lifepal.
Income management can be identified the pattern through income and expenditure streams. This study aims to determine the pattern of income management of farm labor families in Bakung Pringgodani Village in order to meet the needs of life. This research is a qualitative research with a case study method where researchers collect data will focus on a case encountered in a family of farm workers in Bakung Pringgodani Village. The obtained data were observed and analyzed carefully to the end with the aim of understanding a phenomenon or event experienced by the family farm laborers in the village of Bakung Pringgodani. The suggestions from this study are Farm workers' families are expected to be able to make or arrange a written financial plan so that it can facilitate the allocation of income and control expenses in order to fulfill the needs of family life. Abstrak Pengelolaan pendapatan dapat diketahui dari pola pendapatan dan pengeluaran. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pola pengelolaan pendapatan pada keluarga petani untuk memenuhi kebutuhan mereka, di Desa Bakung Pringgodani. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan metode studi kasus, dimana peneliti focus pada kasus-kasus yang dialami para keluarga petani di Desa Bakung Pringgodani. Data yang telah terkumpul diobservasi dan dianalisa untuk menjabarkan dan memahami fenomena yang dialami oleh para keluarga petani di Desa Bakung Pringgodani. Oleh karena itu, para keluarga petani disarankan untuk menyusun rencana keuangan tertulis untuk membantu pengalokasian pendapatan dan mengontrol pengeluaran dalam pemenuhan kebutuhan keluarga Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Pendidikan, 19, 2021, 824-835 ISSN 2798-1193 online DOI This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike International License. Pola pengelolaan pendapatan keluarga buruh tani dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup Feni Dwi Yulianti, Sri Umi Mintarti*, Wahjoedi, Yohanes Hadi Soesilo Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang, Jawa Timur, Indonesia *Penulis korespondensi, Surel Paper received 25-8-2021; revised 8-9-2021; accepted 15-9-2021 Abstract Income management can be identified the pattern through income and expenditure streams. This study aims to determine the pattern of income management of farm labor families in Bakung Pringgodani Village in order to meet the needs of life. This research is a qualitative research with a case study method where researchers collect data will focus on a case encountered in a family of farm workers in Bakung Pringgodani Village. The obtained data were observed and analyzed carefully to the end with the aim of understanding a phenomenon or event experienced by the family farm laborers in the village of Bakung Pringgodani. The suggestions from this study are Farm workers' families are expected to be able to make or arrange a written financial plan so that it can facilitate the allocation of income and control expenses in order to fulfill the needs of family life. Keywords income management; living needs; financial planning Abstrak Pengelolaan pendapatan dapat diketahui dari pola pendapatan dan pengeluaran. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pola pengelolaan pendapatan pada keluarga petani untuk memenuhi kebutuhan mereka, di Desa Bakung Pringgodani. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan metode studi kasus, dimana peneliti focus pada kasus-kasus yang dialami para keluarga petani di Desa Bakung Pringgodani. Data yang telah terkumpul diobservasi dan dianalisa untuk menjabarkan dan memahami fenomena yang dialami oleh para keluarga petani di Desa Bakung Pringgodani. Oleh karena itu, para keluarga petani disarankan untuk menyusun rencana keuangan tertulis untuk membantu pengalokasian pendapatan dan mengontrol pengeluaran dalam pemenuhan kebutuhan keluarga Kata kunci pengelolaan pendapatan; kebutuhan hidup; rencana keuangan 1. Pendahuluan Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar wilayahnya dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Didukung dengan letak geografis dan iklim yang dimiliki oleh Indonesia, sehingga lahan yang ada sangat cocok untuk ditanami berbagai komoditas pertanian. Keadaan iklim di Indonesia menjadikan wilayah daratan di Indonesia sangat cocok untuk ditanami padi. Sebagian besar warga Indonesia yang tinggal di daerah pedesaan pun hidupnya sangat bergantung dengan sektor pertanian. Namun saat ini, banyak petani yang tidak memiliki lahan sendiri sehingga mereka pergi kesawah hanya sebagai pekerja atau buruh tani BPS, 201343. Buruh diartikan sebagai seseorang yang memiliki pekerjaan dalam bidang pertanian. Tetapi tidak turut menanggung resiko terhadap hasil panen. Buruh hanya bekerja memberikan jasa pada saat proses produksi mulai dari awal hingga masa panen dengan tujuan mendapatkan imbalan Raharjo, 2007146. Buruh tani dalam prosesnya hanya menjual jasa yang dimiliki kepada pemilik lahan persawahan untuk menggarap sawah dari mulai Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Pendidikan, 19, 2021, 824-835 825 penanaman bibit padi, perawatan padi, hingga pada masa panen tiba. Terkait sistem pengupahan, menurut Herlina Wati dan Charina Chazali ada tiga jenis sistem pengupahan petani, yaitu Sistem Upah Harian dimana jumlah upah yang diterima oleh buruh tani akan disesuaikan dengan lama waktu bekerja dan banyaknya hari kerja, Sistem Upah Borongan dimana jumlah upah yang diterima akan tergantung dengan jumlah buruh yang bekerja dalam satu bidang sawah, dan Sistem bagi hasil dimana jumlah yang diterima bergantung pada kesepakatan pembagian dengan pemilik lahan dari hasil produksi. Badan Pusat Statistik BPS menyatakan upah nominal buruh tani pada Oktober 2019 mengalami kenaikan 0,12% menjadi Rp. perhari. Apabila seorang buruh tani memperoleh upah sebesar Rp. per hari dan harus menghidupi seluruh anggota keluarganya, maka niscaya mereka akan berada di bawah garis kemiskinan. Apabila buruh tani bekerja selama 30 hari dalam satu bulan maka mereka akan menerima upah sejumlah Rp. dalam satu bulan. Dengan kondisi buruh tani yang sudah berumah tangga, maka pendapatan yang diproleh buruh tani akan tergolong kecil apabila dihadapkan dengan seluruh kebutuhan. Kehidupan buruh tani dinilai sulit, melihat mereka yang tidak menghasilkan banyak uang dari kerja keras yang telah mereka lakukan. Pendapatan yang diperoleh dari hasil aktivitas pertanian tidak seberapa, belum lagi adanya kemungkinan gagal panen yang bisa saja terjadi. Oleh karena itu, banyak buruh tani yang memiliki pendapatan lain dari pekerjaan sampingan lainnya untuk mencukupi kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup yang bermacam-macam seperti kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat tinggal, dan kesehatan harus dipenuhi untuk keberlangsungan hidup. Akibat dari kebutuhan hidup yang tidak terbatas dan harus terpenuhi untuk menunjang kehidupan, mereka harus terus bekerja dengan keras dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi keluarganya. Tuntutan untuk terus berjuang dalam memenuhi kebutuhan tersebut tak lain merupakan kegiatan pemenuhan kebutuhan untuk keberlangsungan hidup. Pendapatan rendah yang diperoleh buruh tani sebenarnya bukan menjadi satu-satunya masalah yang menimbulkan kesulitan yang dihadapi. Kemampuan dalam pengelolaan keuangan pun dianggap hal yang sangat penting. Kemampuan dalam pengelolaan keuangan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menghadapi keadaan sulit yang dapat terjadi sewaktu-waktu dan juga sangat dibutuhkan untuk mempersiapkan kehidupan di masa mendatang. Untuk itu, dalam memenuhi segala kebutuhan hidup diperlukan sebuah pengelolaan keuangan yang terencana dan matang. Pengelolaan keuangan merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian, dan pengontrolan sumberdaya sebagai upaya untuk mengalokasikan pendapatan dan mengatur pengeluaran sebuah keluarga secara baik dan benar untuk mewujudkan tujuan-tujuan keuangan secara efektif dan efisien sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga di masa sekarang dan di masa yang akan datang. Dengan melakukan pengelolaan keuangan, keluarga dapat mengetahui berapa nilai uang yang diperoleh dari hasil kerja dan berapa nilai pengeluaran yang digunakan dalam pemenuhan kebutuhan. Dengan begitu, suatu keluarga bisa memaksimalkan pendapatan dan mengatur pengeluaran sehingga semua kebutuhan dapat terpenuhi. Desa Bakung Pringgodani terletak di wilayah barat Kabupaten Sidoarjo yang merupakan salah satu daerah yang sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Pendidikan, 19, 2021, 824-835 826 Sebagian besar dari petani di desa Bakung Pringgodani tidak memiliki lahan persawahan dan hanya bekerja sebagai buruh tani yang mengurus sawah dari proses penanaman hingga panen yang kemudian mendapatkan imbalan dengan sistem bagi hasil yang sesuai dengan kesepakatan awal dengan pemilik lahan persawahan. Pendapatan yang diperoleh dari hasil bertani yang tergolong kecil membuat buruh tani di Desa Bakung Pringgodani memiliki pekerjaan sampingan diluar sebagai buruh tani dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Pendapatan rendah dan tidak pasti yang diperoleh keluarga petani secara tidak langsung akan menimbulkan masalah keuangan dalam keluarganya. Untuk itu, buruh tani di Desa Bakung Pringgodani melakukan pengelolaan pada pendapatan yang mereka peroleh baik dari pekerjaan sebagai buruh tani maupun dari pekerjaan sampingan mereka guna untuk memenuhi kebutuhan mereka beserta keluarga. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul βPola Pengelolaan Pendapatan Keluarga Buruh Tani Dalam Rangka Memenuhi Kebutuhan Hidupβ yang dilaksanakan di Desa Bakung Pringgodani Kecamatan Balongbendo Kabupaten Sidoarjo. 2. Metode Rancangan penelitian ini adalah rancangan penelitian kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus dimana peneliti mengumpulkan data akan terfokus pada suatu kasus yang ditemui dalam keluarga buruh tani di Desa Bakung Pringgodani yang kemudian dilakukan pengamatan dan analisis dengan cermat hingga tuntas. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah keluarga buruh tani di Desa Bakung Pringgodani Kecamatan Balongbendo Kabupaten Sidoarjo yang tidak memiliki lahan sendiri. Jumlah informan yang dipilih dalam penelitian ini dari keluarga buruh tani terdapat 8 keluarga dengan 16 informan yang terdiri dari sepasang suami istri dalam keluarga buruh tani. Pengumpulan data dengan menggunakan tiga teknik yaitu wawancara mendalam, observasi,dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah dengan reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Untuk pengecekan keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi sumber. 3. Hasil dan Pembahasan Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut Jumlah pendapatan yang diperoleh Buruh Tani dalam satu musim panen padi di Desa Bakung Pringgodani Kecamatan Balongbendo Kabupaten Sidoarjo dapat dikategorikan dalam golongan rendah. Pendapatan yang diperoleh dikategorikan rendah dikarenakan beberapa penyebab diantaranya yaitu periode musim panen yang hanya terjadi dua kali dalam satu tahun, sistem bagi hasil, dan jumlah masing-masing bidang yang digarap oleh buruh tani. Berikut tabel pendapatan keluarga buruh tani dari hasil panen padi selama satu musim di Desa Bakung Pringgodani Kecamatan Balongbendo Kabupaten Sidoarjo Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Pendidikan, 19, 2021, 824-835 827 Tabel 1. Pendapatan Hasil Tani Keluarga Buruh Tani Tertinggi Terendah 1. Sutono Rp. Rp. 2. Sarpan Rp. Rp. 4. Ngatemo Rp. Rp. 5. Kusno Aji Rp. Rp. 7. Samingan Rp. Rp. 8. Suyadi Rp. Rp. Sumber Hasil wawancara buruh tani Desa Bakung Pringgodani Dari tabel diatas dapat diketahui jika pendapatan yang diperoleh buruh tani di Desa Bakung Pringgodani jauh dibawah UMK Sidoarjo sehingga dapat disimpulkan jika pendapatan keluarga buruh tani di Desa Bakung Pringgodani Kecamatan Balongbendo Kabupaten Sidoarjo tergolong rendah. Buruh Tani memperoleh pendapatan dari hasil panen hanya di musim panen saja, dimana musim panen padi hanya terjadi dua kali dalam satu tahun. Sebagian besar Buruh Tani di Desa Bakung Pringgodani Kecamatan Balongbendo Kabupaten Sidoarjo memiliki pendapatan lain yang diperoleh diluar dari bertani, hal ini dilakukan untuk menutupi kebutuhan yang belum terpenuhi. Pekerjaan para informan selain menjadi Buruh Tani di musim padi sangat beragam, seperti bekerja serabutan, pekerja lepas, kuli bangunanatau membuka usaha sendiri seperti berjualan dan membuka warung kopi. Pendapatan yang diperoleh para informan selain menjadi Buruh Tani diterima secara harian berkisar antara Rp. β perharinya. Berikut tabel pendapatan dari pekerjaan sampingan keluarga buruh tani di Desa Bakung Pringgodani Kecamatan Balongbendo Kabupaten Sidoarjo Tabel 2. Pendapatan Sampingan Keluarga Buruh Tani Pekerjaan Sampingan Pendapatan/hari 1. Sutono Pekerja serabutan Rp. 2. Sarpan Pegawai tidak tetap Rp. 4. Ngatemo Pekerja serabutan Rp. 5. Kusno Aji Berdagang Rp. 7. Samingan Berdagang Rp. 8. Suyadi Kuli Bangunan Rp. Sumber Hasil wawancara buruh tani Desa Bakung Pringgodani Dilihat dari tabel diatas menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh buruh tani di Desa Bakung Pringgodani dari pekerjaan sampingan rata-rata dibawa Upah Minimum Kabupaten UMK yaitu dalam satu bulan dengan 26 hari efektif bekerja pendapatan berkisar antara Rp. β sedangkan upah minimum Kabupaten Sidoarjo sebesar Rp. Jumlah pendapatan dari pekerjaan sampingan tersebut tergolong dalam kategori rendah karena masih dibawah rata-rata UMK Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Pendidikan, 19, 2021, 824-835 828 Pendapatan keluarga buruh tani dari kegiatan bertani maupun pekerjaan sampingan berkisar antara Rp. β sedangkan upah minimum Kabupaten Sidoarjo sebesar Rp. Jadi jumlah pendapatan keluarga buruh tani tiap bulannya tersebut masih tergolong dalam kategori rendah karena masih dibawah rata-rata UMK Kabupaten Sidoarjo. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwasanya keluarga buruh tani di Desa Bakung Pringgodani dalam pengelolaan pendapatan keluarga, ditemukan terdapat 3 macam pola yang diterapkan keluarga buruh tani di Desa Bakung Pringgodani dalam mengelola pendapatan, yaitu Pola 1 Pendapatan dari hasil panen dan pendapatan dari pekerjaan sampingan digabungkan dan dialokasikan untuk membiayai seluruh kebutuhan baik yang bersifat primer, sekunder dan tersier. Gambar 1. Pola 1 Aliran Pendapatan dan Pengeluaran Pola 2 Pendapatan diluar musim panen yang dialokasikan untuk membiayai kebutuhan primer, sedangkan pendapatan dari hasil panen dialokasikan untuk membiayai kebutuhan yang bersifat sekunder dan tersier. Gambar 2. Pola 2 Aliran Pendapatan dan Pengeluaran Pola 3 Pendapatan di musim panen dialokasikan untuk membiayai kebutuhan yang bersifat primer, sedangkan pendapatan diluar musim panen dialokasikan untuk membiayai kebutuhan yang bersifat sekunder dan tersier. Pendapatan hasil panen dan pendapatan Primer Sekunder Tersier Pendapatan Hasil Panen Primer Sekunder Tersier Pendapatan Sampingan Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Pendidikan, 19, 2021, 824-835 829 Gambar 3. Pola 3 Aliran Pendapatan dan Pengeluaran Pendapatan Keluarga Buruh Tani Keluarga buruh tani di Desa Bakung Pringgodani memiliki kedua tipe pendapatan, yaitu pendapatan dari aktivitas bertani dan pendapatan dari pekerjaan sampingan mereka. Memiliki pekerjaan sampingan di samping pekerjaan utama mereka sebagai buruh tani ini karena dorongan faktor kebutuhan yang masih belum dapat terpenuhi apabila hanya mengandalkan pendapatan dari aktivitas pertanian yang tergolong bernilai sedikit apabila disandingkan dengan seluruh kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi. Oleh karena itu, sebagian besar buruh tani di Desa Bakung Pringgodani memiliki pekerjaan sampingan di samping menjadi buruh tani di sawah. Jumlah pendapatan yang diperoleh Buruh Tani dalam satu musim panen padi di Desa Bakung Pringgodani Kecamatan Balongbendo Kabupaten Sidoarjo dapat dikategorikan dalam golongan rendah. Pendapatan yang diperoleh dikategorikan rendah dikarenakan beberapa penyebab diantaranya yaitu periode musim panen yang hanya terjadi dua kali dalam satu tahun, sistem bagi hasil, dan jumlah masing-masing bidang yang digarap oleh buruh tani. Keluarga buruh tani di Desa Bakung Pringgodani menerima hasil yang tidak seberapa daripada aktivitas bertaninya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menjadi penyebab jumlah perolehan pendapatan yang diperoleh buruh tani di Desa Bakung Pringgodani dari hasil pertanian mereka bernilai sedikit, yaitu sebagai berikut Periode Musim Panen, buruh tani di Desa Bakung Pringgodani akan bekerja di sawah pada saat musim tanam padi di mulai. Mereka melakukan pembibitan, penanaman, perawatan tanaman padi, hingga proses pemanenan dengan waktu yang tidak sebentar. Sehingga dalam kurun waktu satu tahun, petani di Desa Bakung Pringgodani hanya dapat memanen padi sebanyak dua kali. Dapat diketahui apabila fase penanaman padi hingga panen membutuhkan waktu tunggu yang cukup lama. Tanaman padi bisa dilakukan pemanenan apabila sudah berusia sekitar 4 bulan dengan waktu tunggu 2 bulan tiap berganti musim. Sehingga periode tanam dan panen padi dalam satu tahun hanya terjadi dua kali hal ini sejalan dengan temuan Eva Gusmina, Try Susanti dan Arif Maβrufi 2018 menyatakan bahwasanya di Kecamatan Danau pola tanam padi bisa dilakukan dua kali yaitu di awal tahun Februari dan akhir tahun November sedangkan periode panen terjadi dua kali yaitu di awal tahun Februari dan pertengahan tahun Juni. Begitu pula di Desa Bakung Pringgodani, periode panen hanya terjadi dua kali setiap tahunnya. Dengan begitu keluarga buruh tani di Desa Bakung Pringgodani hanya memperoleh pendapatannya selama satu tahun hanya sebanyak dua kali yaitu saat periode musim panen berlangsung. Pendapatan yang hanya diperoleh dua kali dalam satu tahun oleh buruh tani di Desa Bakung Pringgodani tergolong sangat kurang apabila digunakan untuk mencukupi Pendapatan Sampingan Primer Sekunder Tersier Pendapatan Hasil Panen Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Pendidikan, 19, 2021, 824-835 830 seluruh kebutuhan keluarga setiap harinya. Dimana mereka hanya menerima pendapatan saat musim panen tiba tetapi kebutuhan keluarga yang setiap hari harus dipenuhi untuk terus bertahan hidup. Sistem Bagi Hasil, buruh tani di Desa Bakung Pringgodani tidak memiliki lahan persawahan mereka sendiri, melainkan menggarap lahan persawahan milik orang lain. Dimana sebelumnya terdapat kesepakatan antara buruh tani penggarap dan pemilik lahan mengenai sistem bagi hasil. Dalam prosesnya, seluruh biaya produksi dan aktivitas penanaman bibit hingga panen menjadi tanggung jawab buruh tani sepenuhnya, pemilik lahan hanya menyediakan lahan untuk ditanami padi. Ketika periode panen tiba, hasil gerabah yang diperoleh akan dibagi antara pemilik lahan dan juga buruh tani sebagai penggarap sesuai kesepakatan diawal hal ini sesuai dengan pernyataan Dwi Wahyuni 2016 yang menyatakan bahwa dalam sistem bagi hasil pengupahan kerja dalam aktivitas pertanian diawali dengan perjanjian atau kesepakatan oleh pemilik lahan dengan penggarap sawah, dimana penggarap sawah akan melakukan suatu usaha tertentu dalam proses pertanian tanpa dibayar secara langsung, tetapi penggarap sawah memiliki hak untuk memanen hasil pertanian padi dan mengambil sebagian hasil panen yang diperoleh sesuai dengan kesepakatan di awal. Dengan seluruh biaya produksi yang dikeluarkan selama proses penanaman hingga panen oleh buruh tani di Desa Bakung Pringgodani menjadikan buruh tani menanggung risiko yang besar apabila terjadi kegagalan panen atau puso. Karena ketika terjadi puso maka buruh tani terancam tidak mendapatkan apa-apa selain hasil panen yang sedikit hal ini sejalan dengan pernyataan Dwi Wahyuni 2016 bahwasannya ketika terjadi kegagalan panen buruh tani adalah orang yang paling dirugikan dikarenakan terancam tidak memperoleh hasil panen dan juga tidak menerima upah berupa uang tunai karena bekerja dengan sistem bagi hasil. Selain itu, dengan adanya sistem bagi hasil, jika terjadi kegagalan panen atau puso apabila hasil panen yang diperoleh sedikit, maka akan menjadi semakin sedikit karena masih harus dibagi dengan pemilik lahan sesuai dengan kesepakatan di awal. Jumlah Bidang Garapan, beberapa buruh tani di Desa Bakung Pringgodani menggarap lebih dari satu bidang sawah milik orang agar memperoleh hasil panen yang melimpah saat periode panen tiba. Karena pendapatan yang diperoleh buruh tani di Desa Bakung Pringgodani dalam satu periode musim panen dipengaruhi oleh berapa bidang sawah yang tengah digarap. Semakin banyak bidang sawah yang digarap selama satu musim panen maka semakin tinggi pendapatan yang diperoleh karena lahan sawah yang dipanen semakin luas sehingga memperoleh hasil panen dengan jumlah yang lebih banyak dan sebaliknya semakin sedikit bidang sawah yang digarap maka akan semakin rendah pendapatan yang diperoleh karena lahan sawah yang dipanen sedikit sehingga memperoleh hasil panen dengan jumlah yang lebih sedikit, hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Endah Nurzanah, Moral Abadi Girsang, dan Khadijah El Ramija 2020 menyatakan bahwa luas panen berkorelasi positif terhadap hasil produksi sawah di Kabupaten Serga. Juga sejalan dengan Sari dan Minahju 2016 yang menyatakan bahwa luas panen menyumbang andil besar untuk produksi padi. Dan juga sejalan dengan pernyataan Jumiati 2016 bahwa peningkatan luas panen dapat meningkatkan produksi padi Kecamatan Sinjai Selatan. Semakin banyak bidang sawah yang digarap oleh buruh tani dalam satu waktu maka akan mendatangkan hasil panen yang besar bagi mereka dikarenakan luas daerah panen yang banyak. Sehingga akan mendatangkan keuntungan yang berlimpah bagi buruh tani. Dan Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Pendidikan, 19, 2021, 824-835 831 sebaliknya apabila sedikit bidang yang digarap maka kemungkinan besar hasil perolehan panen pun juga sedikit karena luas panen yang kecil. Sehingga pendapatan yang diperoleh pun juga sedikit. Beberapa faktor diatas merupakan salah satu penyebab kecilnya pendapatan keluarga buruh tani di Desa Bakung Pringgodani. Status sebagai buruh tani yang tidak memiliki lahan harus melakukan sistem bagi hasil dengan pemilik lahan menjadikan faktor paling utama kecilnya pendapatan dari hasil aktivitas pertanian yang tergolong rendah apabila dihadapkan untuk memenuhi begitu banyak kebutuhan rumah tangga sehingga memaksa buruh tani di Desa Bakung Pringgodani untuk mendatangkan pendapatan selain kerja sebagai buruh tani. Dimana buruh tani memiliki pekerjaan sampingan sebagai pekerja serabutan, pegawai tidak tetap, berdagang, dan kuli bangunan untuk memperoleh penghasilan tambahan guna untuk mencukupi kebutuhan yang belum bisa tercover sepenuhnya oleh pendapatan yang diperoleh dari hasil aktivitas pertanian. Oleh karena itu, buruh tani di Desa Bakung Pringgodani memiliki pekerjaan sampingan yang membawa dampak positif dalam kondisi keuangan keluarga. Namun, pekerjaan sampingan yang dilakukan oleh buruh tani di Desa Bakung Pringgodani pun juga tidak menghasilkan pendapatan yang begitu besar. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut. Tingkat Pendidikan, sebagian besar buruh tani di Desa Bakung Pringgodani memiliki tingkat pendidikan yang rendah. dengan pendidikan terakhir Sekolah Dasar SD hingga Sekolah Menengah PertamaSMP. Tingkat pendidikan yang tergolong rendah tersebut membuat buruh tani sulit hingga tidak mampu mendapatkan pekerjaan sampingan yang lebih memadai. Dengan pekerjaan sampingan yang tidak cukup memadai maka pendapatan yang diperoleh pun tergolong sedikit pula. Hal ini sejalan dengan pernyataan Dedi Julianto dan Puti Annisa Utari 2019 bahwa pekerja dengan pendidikan yang lebih rendah mempunyai pendapatan yang rendah dibandingkan dengan pekerjaan yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Keterampilan dalam bekerja merupakan kemampuan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan yang dapat dikuasai dari pembelajaran atau bantuan orang lain. Buruh tani di Desa Bakung Pringgodani karena bertani merupakan profesi mereka maka keterampilan yang dimiliki hanya dalam lingkup aktivitas pertanian sehingga dalam bekerja sampingan tidak bisa memperoleh pendapatan yang maksimal dikarenakan keterampilan buruh tani dalam pekerjaan lain dinilai biasa saja sehingga mempengaruhi produktivitas dalam bekerja yang membuat pendapatan yang diperoleh tidak bisa maksimal. Hal ini sejalan dengan penelitian Wiwin Wiranti 2016 yang menyatakan bahwa secara individu keterampilan memiliki pengaruh terhadap produktivitas kerja. Dimana kemampuan keterampilan yang baik dan stabil dapat mendorong produktivitas kerja sehingga secara otomatis bisa memaksimalkan pendapatan. Usia menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pendapatan. Kekuatan fisik dalam dalam melakukan aktivitas akan sangat berkaitan erat dengan usia, karena jika usia telah melewati masa produktif maka akan semakin menurun kekuatan fisik yang ada sehingga tingkat produktivitas dalam bekerja juga berkurang yang bisa berakibat pada pendapatan yang diperoleh. Hampir seluruh buruh tani di Desa Bakung Pringgodani sudah lanjut usia dan tidak berada dalam usia produktif, sehingga dalam bekerja kurang maksimal sehingga pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan sampingan tergolong masih rendah. Hal ini sesuai dengan Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Pendidikan, 19, 2021, 824-835 832 pernyataan Arya Dwianda dan Nyoman Djinar Setiawina 2013 bahwa seseorang yang berada dalam usia produktif akan mampu memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang berada di usia non produktif. Beberapa faktor tersebut yang menjadi penyebab pendapatan buruh tani dari pekerjaan sampingan mereka yang tergolong kecil. Pekerjaan sampingan ini dilakukan oleh buruh tani adalah untuk menambah pendapatan dari aktivitas pertanian yang rendah dalam memenuhi kebutuhan keluarga seperti biaya pangan, sandang, biaya pendidikan anak, biaya listrik, biaya untuk berobat, biaya untuk membayar arisan, dan biaya untuk membayar hutang. Dan pekerjaan sampingan yang dimiliki oleh buruh tani di Desa Bakung Pringgodani memiliki kontribusi yang cukup berarti dalam memenuhi kebutuhan dan meningkatkan taraf hidup bagi keluarga agar lebih sejahtera. Keluarga buruh tani di Desa Bakung Pringgodani memiliki dua sumber pendapatan, dimana terdiri dari pendapatan dari aktivitas bertani dan pendapatan dari pekerjaan sampingan. Seluruh pendapatan yang diperoleh baik dari aktivitas pertanian maupun dari pekerjaan sampingan akan menjadi pendapatan keluarga yang akan dialokasikan untuk biaya kebutuhan hidup. Apabila keluarga buruh tani di Desa Bakung Pringgodani hanya mengandalkan pendapatan yang diperoleh dari hasil pertanian maka niscaya seluruh kebutuhan hidupnya tidak akan mampu terpenuhi karena pendapatan dari hasil panen yang tergolong kecil. Dengan adanya pendapatan yang diperoleh keluarga buruh tani dari pekerjaan sampingan sebagai pekerja serabutan, pegawai tidak tetap, atau sebagai pelaku usaha kecil akan menambah nilai nominal yang didapatkan sehingga mampu menutupi kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan yang masih belum terpenuhi dari pendapatan yang diterima dari hasil pendapatan sebagai buruh tani. Pola Pengelolaan Pendapatan Keluarga Buruh Tani Keluarga buruh tani di Desa Bakung Pringgodani seringkali menghadapi guncangan ekonomi dalam rumah tangga mereka apabila terjadi puso yang menyebabkan mereka tidak mendapatkan hasil apapun dari pertanian. Sedangkan keluarga buruh tani di Desa Bakung Pringgodani memiliki kebutuhan yang tidak sedikit untuk menunjang kehidupan mereka. Kebutuhan keluarga dari buruh tani di Desa Bakung Pringgodani yaitu meliputi 1 kebutuhan primer diantaranya kebutuhan pokok rumah tangga, kebutuhan akan listrik, keperluan untuk membayar arisan dan kredit, 2 kebutuhan sekunder diantaranya kebutuhan untuk biaya pendidikan anak, biaya pengobatan, alat transportasi, perabotan rumah tangga, biaya pulsa dan uang jajan, dan 3 kebutuhan tersier ini kebutuhan akan barang mewah diantaranya perhiasan emas. Dengan begitu buruh tani di Desa Bakung Pringgodani memiliki pekerjaan lain selain menjadi buruh tani sebagai penghasilan tambahan dalam rangka untuk mencukupi kebutuhan hidup rumah tangga mereka yang tidak sedikit. Dengan memiliki dua sumber penghasilan tak pelak membuat kehidupan buruh tani di Desa Bakung Pringgodani membaik. Pendapatan dari pertanian yang kadang kala tidak stabil dan pendapatan dari pekerjaan sampingan yang tidak begitu besar terkadang membawa mereka dalam kesulitan. Dengan melihat pendapatan yang diterima dan pengeluaran akan kebutuhan yang diperlukan oleh keluarga buruh tani di Desa Bakung Pringgodani ditemukan bawasanya terdapat 3 macam pola yang diterapkan keluarga buruh tani di Desa Bakung Pringgodani dalam mengelola pendapatan dalam rangka untuk memenuhi berbagai macam Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Pendidikan, 19, 2021, 824-835 833 kebutuhan rumah tangga. Pola yang diterapkan berdasarkan pada aliran pendapatan dan pengeluaran. Dimana pendapatan yang masuk akan dialokasikan untuk pengeluaran akan kebutuhan apa saja. Berikut merupakan pola pengelolaan pendapatan keluarga buruh tani di Desa Bakung Pringgodani untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap harinya Menggabungkan seluruh pendapatan keluarga untuk memenuhi seluruh kebutuhan Pola 1. Keluarga buruh tani yang dalam pengelolaan pendapatannya dengan menggabungkan seluruh pendapatan baik pendapatan hasil panen dan pendapatan sampingan untuk membiayai segala macam kebutuhan hidup keluarga dikarenakan dengan menggabungkan pendapatan dapat untuk mempermudah dalam mengalokasikan pendapatan dan mempermudah dalam mengatur pengeluaran untuk pemenuhan seluruh kebutuhan hidup. Selain itu, apabila seluruh pendapatan yang diperoleh digabungkan dan dikelola oleh satu orang akan lebih efektif dalam pengalokasian dan mengontrol keuangan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Wahyu Putri Lestari 2020 bahwa penggabungan pendapatan dilakukan untuk mempermudah alokasi pengeluaran dan pengontrolan karena dilakukan oleh satu orang. Dengan menggabungkan pendapatan yang diperoleh akan mempermudah pengalokasian uang yang keluar untuk memenuhi berbagai kebutuhan keluarga. Keluarga buruh tani di Desa Bakung Pringgodani menerapkan pola pengelolaan dengan cara menggabungkan seluruh pendapatan keluarga ini karena lebih mudah dalam mengatur pendapatan yang masuk dan pendapatan yang keluar untuk dialokasikan pada pemenuhan seluruh kebutuhan keluarga. Pendapatan dari aktivitas bertani dan pekerjaan sampingan yang telah digabung ini digunakan untuk membiayai seluruh kebutuhan baik kebutuhan yang bersifat primer, sekunder maupun tersier. Penggabungan pendapatan ini dilakukan untuk mempermudah alokasi pendapatan dan pengontrolan pengeluaran yang dilakukan oleh satu orang yaitu biasanya oleh ibu rumah tangga. Mengkhususkan pendapatan sampingan untuk kebutuhan primer dan pendapatan bertani untuk kebutuhan sekunder dan tersier Pola 2. Keluarga buruh tani yang melakukan pengelolaan pendapatan dengan pola 2 ini memiliki jumlah pendapatan sampingan yang lebih besar dan stabil dari pendapatan yang diperoleh dari hasil panen yang tidak dapat diprediksi tiap musim panennya. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Putri Lestari 2020 menyatakan bahwa pendapatan yang jumlahnya lebih besar dan tetap setiap bulannya lebih diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Keluarga buruh tani di Desa Bakung Pringgodani menerapkan pola pengelolaan dengan mengkhususkan pendapatan sampingan untuk kebutuhan yang bersifat primer dikarenakan pendapatan dari pekerjaan sampingan yang diperoleh keluarga buruh tani lebih stabil dan dengan jumlah yang lebih besar sehingga dialokasikan untuk kebutuhan primer yang sifatnya harus segera dipenuhi demi kelangsungan hidup. Sedangkan pendapatan yang diperoleh dari aktivitas bertani yang tidak bisa diprediksi jumlahnya dialokasikan untuk kebutuhan sekunder maupun tersier yang sifat pemenuhannya tidak wajib. Selain itu dengan mengkhususkan tiap-tiap pendapatan untuk masing-masing kebutuhan, kita akan lebih mengetahui dengan rinci aliran pendapatan dan pengeluaran keuangan keluarga. Mengkhususkan pendapatan bertani untuk kebutuhan primer dan pendapatan sampingan untuk kebutuhan sekunder dan tersier Pola 3. Keluarga buruh tani di Desa Bakung Pringgodani yang melakukan pengelolaan pendapatan seperti pola 3 ini disebabkan Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Pendidikan, 19, 2021, 824-835 834 karena pendapatan yang diperoleh dari hasil bertani memiliki jumlah yang lebih besar dari pada pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan sampingan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Putri Lestari 2020 menyatakan bahwa pendapatan yang jumlahnya lebih besar dan tetap setiap bulannya lebih diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Keluarga buruh tani di Desa Bakung Pringgodani menerapkan pola pengelolaan dengan mengkhususkan pendapatan dari aktivitas bertani untuk kebutuhan yang bersifat primer dikarenakan pendapatan dari hasil tani yang diperoleh keluarga buruh tani memiliki jumlah yang lebih besar sehingga dialokasikan untuk kebutuhan primer yang sifatnya harus segera dipenuhi demi kelangsungan hidup. Sedangkan pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan sampingan yang jumlahnya tidak terlalu besar dialokasikan untuk kebutuhan sekunder maupun tersier yang sifat pemenuhannya tidak wajib. Selain itu dengan mengkhususkan tiap-tiap pendapatan untuk masing-masing kebutuhan, kita akan lebih mengetahui dengan rinci aliran pendapatan dan pengeluaran keuangan keluarga. Dengan ketiga pola tersebut buruh tani di Desa Bakung Pringgodani mengelola pendapatannya guna untuk mengatur keuangan dalam keluarga mereka sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka. Pola tersebut terlihat dari aliran pendapatan dan pengeluaran dari masing-masing keluarga buruh tani di Desa Bakung Pringgodani. Dimana masing-masing keluarga memiliki polanya masing-masing, tergantung bagaimana cara mereka mengalokasikan pendapatannya sehingga dapat membentuk ketiga pola diatas. 4. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut 1 Pendapatan keluarga buruh tani di Desa Bakung Pringgodani ini terdiri dari pendapatan dari aktivitas bertani dan pendapatan dari pekerjaan sampingan. 2 Keluarga buruh tani di Desa Bakung Pringgodani Kecamatan Balongbendo Kabupaten Sidoarjo ditemukan 3 pola pengelolaan pendapatan keluarga, yaitu Pola 1 Menggabungkan seluruh pendapatan keluarga untuk memenuhi seluruh kebutuhan, Pola 2 Mengkhususkan pendapatan sampingan untuk kebutuhan primer dan pendapatan bertani untuk kebutuhan sekunder dan tersier, dan Pola 3 Mengkhususkan pendapatan bertani untuk kebutuhan primer dan pendapatan sampingan untuk kebutuhan sekunder dan tersier. Daftar Rujukan Abdurachman, A., A. Mulyani, dan N. L. Nurida. 2009. Kondisi dan Antisipasi Keterbatasan Lahan Pertanian di Pulau Jawa. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian 24 283-285. Agustina Shinta. 2011. Ilmu Usahatani. Malang Universitas Brawijaya Press. Anniyah, Hidayatul., Agus Muliadi. 2018. Strategi Buruh Tani Dalam Memenuhi Kebutuhan Pendidikan Anak Di Desa Karang Baru Batu Rente Kecamatan Wanasaba kabupaten Lombok Timur. Jurnal Geodika Hal 1-6. Badan Pusat Statistik. 2013. Jumlah Usahatani Indonesia 2003-2013. Survei Pertanian Indonesia Hlm 43. Badan Pusat Statistik. 2014. Indikator Kesejahteraan Rakyat. Badan Pusat Statistik. Jakarta Badan Pusat Statistik. 2019. Perkembangan Upah Pekerja/Buruh. Berita Resmi Statistik No. 93/11/Th. XXII, Bakri, Anggi Hadi Sovian. 2018. Strategi Buruh Tani Dalam Memenuhi Kebutuhan Pokok Studi Pada Buruh Tani di Dusun Calok, Desa Arjasa, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember. Universitas Jember Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Pendidikan, 19, 2021, 824-835 835 DITJEN PMPTK. 2008. Pendekatan, Jenis, dan Metode Penelitian Pendidikan. online Dwianda, Arya dan Nyoman Djinar Setiawina. 2013. Pengaruh Umur, Pendidikan, Pekerjaan Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Miskin di Desa Bebandem. E-Jurnal EP Unud, 2 [4] 173-180. Erleni, Saputri. 2015. Peranan Usaha Perabot Kayu Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Menurut Ekonomi Islam Studi Kasus Desa Kualu Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar. Skripsi. Riau Universitas Negeri Islam Sultan Syarif Kasim Riau. Ggarg, Taruna. 2011. Budgeting as a Means to Manage Household Finances. BVIMSR 32 1-17. Gusmira, E., Susanti, T., & Maβrufi, A. 2018. Model Fuzzy Logic Berbasis Anfis Dalam Penentuan Pola Tanam Oryza Sativa. Al-Kauniyah, 112, 171-182. Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kuantitatif Dan Kualitatif. Jakarta GP. Press. Julianto, Dedi dan Puti Annisa Utari. 2019. Analisa Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Pendapatan Individu Di Sumatera Barat. Ikraith Ekonomika Vol 2 No 2. Lestari, Yeni., Sri Hartati, dan Heni Nopianti. 2016. Pemenuhan Kebutuhan Hidup Rumah Tangga Petani Miskin Studi Kasus pada Petani Penggarap di Dusun II Talang Watas Desa Muara Langkap Kecamatan Bermani Ilir, Kabupaten Kepahiang. Jurnal Sosiologi Nusantara Pratama, Putra. 2019. Analisis Pengelolaan Keuangan Keluarga Buruh Tani Dalam Rangka Mempersiapkan Pendidikan Anak. Universitas Negeri Malang Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Rahardjo Mudjia. 2007. Sosiologi pedesaan "studi perubahan sosial. Malang UIN Malang Press Ridwan. 2015. The HandBook of Family Financial Planning Mengelola Keuangan Keluarga Secara Islami. FEBI UN-SU Press. Rini, Mike. 2009. Perencanaan Keuangan Bagi Buruh Migran Perempuan. SMK Grafika Desa Putra. Rostiana, Endang dan Horas Djulius. 2018. Perencanaan dan Pengelolaan Keungan Dalam MewujudkanKeluarga Sejahtera. Yogyakarta Diandra Kreatif. Santoso, Slamet. 2010. Teori-Teori Psikologi Sosial. Bandung Refika Aditama. Senduk, Safir. 2000. Seri Perencanaan Keuangan Keluarga Mengelola Keuangan Keluarga. Jakarta PT Elex Media Komputindo. Setiaji, Hidayat. 2019. RI Terancam Krisis Petani, Upah Kecil & Miskin Terus. Online Sugiyono. 2019 Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta. Susilowati, Sri Hery, Supadi, dan Chaerul Saleh. 2002. Diversifikasi Sumber Pendapatan Rumah Tangga Di Pedesaan Jawa Barat. Journal of Agricultural Economy 201 85-109. Wahyuni, Dwi. 2016. Analisis Sistem Pengupah βBawonβ Pada Pertanian Padi Studi Kasus Pada Petani di Desa Gambar Kecamatan Wonodadi Kabupaten Blitar. Jurnal Bisnis, Manajemen & Perbankan Vol. 2 No. 2. Wati, Herlina dan Charina Chazali. 2013. Sistem Pertanian Padi Indonesia dalam Perspektif Efisiensi Sosial. AKATIGA, Pusat Analisis Sosial. Wiranti, Wiwin. 2016. Pengaruh Keterampilan Terhadap Produktivitas Kerja Karywan Pada Konveksi Istana Mode Madiun. Equilibrium, Volume 4, Nomor 1. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this WahyuniAs an agricultural country, agricultural sector plays an important role in the Indonesia economic life, especially in rural areas. Farm laborers as one component of the agricultural sector, have a considerable contribution in determining the success of this sector. But there are unique facts occur in Blitar Regency, one of which happened in Gambar, Wonodadi District, Blitar Regency related to wage system called "bawon" system when harvesting rice. The "bawon" system is a profit-sharing system given to farm laborers working on a patch of land from the start of the rice planting to the harvest, whose share of income depends on the area of cultivated land and the number of harvest yields. The purpose of this research is to analyze the Bawon system that is still done between the landowners and farm workers in the Village Picture District Wonodadi Blitar. This research used descriptive explorative statistical approach to provide an in-depth description of the Bawon system. To analyze the data obtained, the researchers used Component Analysis Componential Analysis technique, in which the researcher attempted to sort and illustrate the differences found in the data obtained from the field. The results showed that farm laborers earn 20% of the total grain yield when finished harvesting the crops, while 80% is the land owner' Wirantip>This study aims to determine tbe Employee Skills in the Konveksi Istana Mode Madiun, to determine Employee Productivity in the Konveksi Istana Mode Madiun, as well as to determine the presence or absence of Vocational Effect on Productivity Among Employees at the Konveksi Istana Mode Madiun. The samples in this study is purposive sampling technique that all employees at the Konveksi Istana Mode Madiun part of convection, amounting to 30 people. Data collection using questionnaires, documentation and analyzing the data using statistical methods Product Moment, To test this hypothesis using the r test, F test and t test. The results of the regression analysis ofY = a +bX, the result Y = 11,737 + 0,757X, to test that rcount > r liable > or may be rejected HO means that there is a skills significant relationship with work productivity of employee at the Konveksi Istana Mode Madiun. Furthermore, also obtained results which indicate that the F test ofF count >F table 44,5752 or ;;Sighit Sigprob 0,000 ;; Thus HO is rejected, it means there is an overall effect of skills on labor productivity at the Konveksi Istana Mode Madiun. In addition, the t-test results obtained thit> ttab > or Sig hit < Sig prob < this situation can be said to be no different from the effect of employee skills on work productivity of employee at the Konveksi Istana Mode Madiun.11 tahun berjumlah 3 orang responden dengan persentase 30%. Dengan adanya pengalaman berusaha ini akan mempermudah responden untuk mengambil keputusan yang berhubungan dengan usaha pemasaran. Jumlah Hari Responden bekerja dalam Satu bulan Jumlah hari responden bekerja dalam satu minggu berpengaruh terhadap pendapatan Responden semakin banyaknya hari bekerja semakin meningkatkan pendapatan Responden tersebut. Tabel 6. Jumlah Hari Responden bekerja dalam Satu Minggu Sumber Data diperoleh dari data primer, 2020 Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah hari kerja responden dalam satu minggu 12 hari berjumlah 3 orang Responden dengan persentase 30%, selanjutnya 16 hari kerja berjumlah 4 orang responden dengan persentase 40% dan 20 hari kerja berjumlah 3 orang responden dengan persentase 30%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah hari kerja responden yang terbanyak adalah 16 hari kerja dalam satu minggu, dalam hal ini responden bisa meluangkan waktunya dengan hal-hal yang lain seperti menggunakan waktu untuk beristirahat ketika dagangan mereka lagi sepi/tidak ada pembeli. Deskripsi Ibu Rumah Tangga Penjual Aksesoris Penjual Aksesoris di Objek wisata Bukit Kasih adalah orang asli Desa Kanonang. Penjual Aksesoris menjual sendiri barang dagangannya dan tidak memiliki tenaga kerja. Ibu rumah tangga penjual akseoris yang ada di Bukit Kasih menjual barang dagangannya menggunakan wadah dari plastik karena tidak memiliki kios dagang Pedagang yang ada di Bukit Kasih biasanya menawarkan Aksesoris di sekitar tugu nilai lima agama.. Ibu rumah tangga penjual Aksesoris di bukit kasih sebagian besar membuat gelang yang dijual dengan bahan baku utama yaitu batok kelapa. Tabel 5. Lama Berkerja Responden Sumber Data diperoleh dari data primer, 2020 Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN p 1907β 4298, ISSN e 2685-063X, Terakreditasi Jurnal Nasional Sinta 5, Volume 16 Nomor 3, September 2020 421 - 430 Agrisosioekonomi Jurnal Transdisiplin Pertanian Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan, Sosial dan Ekonomi Batok kelapa yang ada di dapat dari kebun atau dari petani lain yang memiliki kebun kelapa. Selain gelang dari batok kelapa adapula gelang, kalung, cincin, dan anting-anting yang dijual dengan mengambil ke penjual aksesoris di Kota Manado. Penjualan Aksesoris awalnya berjumlah 50 orang namun akhir-akhir ini mulai menurun karena objek wisata Bukit Kasih Kanonang yang saat ini sudah mulai berkurang kunjungan dari wisatawan. Kontribusi Ibu Rumah Tangga Kontribusi ibu rumah tangga yang dimaksud adalah menghitung berapa besar kontribusi yang diberikan ibu rumah tangga dalam pendapatan keluarga, dengan melihat pendapatan suami, pendapatan anak, dan pendapatan yang di dapat dalam usaha lainnya. Tabel 7. Rata-rata Harga Beli dan harga jual Per Jenis Aksesoris Sumber Data diperoleh dari Data Primer, 2020 Tabel 8. Rata-rata Biaya yang dikeluarkan dalam usaha menjual Akseosris Modal dalam menjual aksesoris Biaya Transportasi, makanan, dll Sumber Data diperoleh dari Data Primer, 2020 Tabel 8, menunjukkan bahwa modal yang dikelurkan ibu-ibu penjual aksesoris yaitu mulai dari sampai kemudian biaya transportasi, makan dll yaitu mulai dari sampai tetapi ada juga responden yang tidak mengeluarkan biaya karena suami dari responden juga bekerja di kawasan wisata Bukit Kasih kanonang sebagai fotografer sehingga responden tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi dan makan. Biaya pengeluaran dari responden yang paling besar yaitu dan yang paling kecil yaitu Tabel 9. Rata-rata Penghasilan yang didapat IRT Penjual Aksesoris Jumlah Aksesoris Yang Terjual Per Bulan Sumber Data diperoleh dari Data Primer, 2020 Tabel 9 menunjukkan bahwa penghasilan terbanyak responden penjual aksesoris yaitu Rp. dengan jumlah yang terjual yaitu 51 Aksesoris perbulan dan penghasilan yang paling sedikit didapat responden yaitu dengan jumlah 8 aksesoris yang terjual per bulan. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan responden yang paling sedikit dikarenakan responden tersebut jarang menjual aksesoris dan aksesoris yang dijual hanya sedikit sehingga pendapatan yang didapat masih terlalu kecil. Pendapatan Istri Pendapatan merupakan sumber penghasilan seseorang yang memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup dan penghidupan seseorang secara langsung maupun tidak langsung. Tabel 10. Jumlah Pendapatan Responden Sumber Data diperoleh dari data primer, 2020 Kontribusi Pendapatan Ibu Rumah Tanggaβ¦β¦β¦β¦β¦.............................Gloria Lopulalang, Mex Sondakh, Melsje Memah Tabel 10. Menunjukkan bahwa pendapatan terbesar responden penjual aksesoris yaitu dan pendapatan terkecil responden penjual aksesoris yaitu Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan responden yang tidak begitu besar dikarenakan responden tersebut tidak sepenuhnya menjual aksesoris, hanya 12 hari kerja dalam satu bulan sehingga pendapatan yang didapat tidak begitu besar. Pendapatan Suami Pendapatan Suami yaitu pendapatan yang didapat dari suami dari pekerjaan yang dikerjakannya. Tabel 11. Jumlah Pendapatan menurut jenis pekerjaan Sumber data diperoleh dari data primer, 2020 Tabel 11 menunjukkan bahwa Pekerjaan Fotografer jumlah 2 orang dengan rata-rata pendapatan Rp. Pekerjaan petani jumlah 3 orang responden dengan rata-rata pendapatan Rp. Pekerjaan Tukang kayu dengan rata-rata pendapatan Pekerjaan Bas Bangunan jumlah 2 orang dengan rata-rata pendapatan Pekerjaan Buruh jumlah 1 orang responden dengan rata-rata pendapatan dan pekerjaan Montir jumlah 1 orang responden dengan rata-rata pendapatan Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dilihat bahwa pendapatan terbanyak dari pekerjaan suami yaitu pekerjaan sebagai petani. Pendapatan Anak Pendapatan Anak adalah pendapatan yang di dapat dari anak yang sudah bekerja atau mendapatkan pendapatan lainnya berupa Beasiswa, dan lain-lain. Tabel 12. Jumlah Pendapatan masing-masin jenis Pekerjaan Anak Sumber Data diperoleh dari data primer, 2020 Tabel 12, menunjukkan bahwa pekerjaan anak dari responden penjual aksesoris yang bekerja yaitu mereka yang sudah berumur lebih dari 17 tahun dan sudah tidak sedang menempuh pendidikan dalam hal ini anak dari responden penjual aksesoris yang bekerja hanya ada 3 orang, karena yang paling banyak anak dari responden masih sedang menempuh pendidikan. Pekerjaan Bisnis Jual Beli yaitu jual beli handphone dengan rata-rata pendapatan per bulan, kemudian pekerjaan sebagai Buruh Tani, 2 orang responden yaitu mereka yang diberi upah dengan bekerja di kebun orang lain dan rata-rata pendapatan yang didapat per orang. Tabel 13. Rata-rata pendapatan Anggota Keluarga Berdasarkan Jenis Pekerjaan Suami Rata-rata Pendapatan Keluarga Rp Sumber Data diperoleh dari Data Primer Tabel 13, Menunjukkan bahwa Rata-rata pendapatan keluarga terbesar ada pada jenis pekerjaan Suami sebagai Petani dengan total pendapatan Keluarga sebesar sedangkan rata-rata pendapatan terkecil ada pada jenis pekerjaan Montir yaitu sebesat Maka dapat dihitung kontribusi masing-masing anggota keluarga berdasarkan jenis pekerjaan suami dan dapat dilihat pada Tabel 14. Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN p 1907β 4298, ISSN e 2685-063X, Terakreditasi Jurnal Nasional Sinta 5, Volume 16 Nomor 3, September 2020 421 - 430 Agrisosioekonomi Jurnal Transdisiplin Pertanian Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan, Sosial dan Ekonomi Tabel 14. Kontribusi Anggota Keluarga Menurut Jenis Pekerjaan Suami Rata-rata Pendapatan Keluarga Rp Sumber Data diperoleh dari Data Primer, 2020 Tabel 14 menunjukkan bahwa Kontribusi ibu rumah tangga terhadap Pendapatan Keluarga yang paling besar terdapat pada jenis pekerjaan suami sebagai Fotografer yaitu sebesar 65,51%. Sedangkan kontribusi Ibu rumah tangga yang paling sedikit ada pada jenis pekerjaan suami sebagai Buruh yaitu sebesar 11,41%. Kontribusi Pendapatan Ibu Rumah Tangga Kontribusi Ibu Rumah Tangga Penjual Aksesoris dikawasan wisata Bukit Kasih Kanonang secara keseluruhan dari semua responden, dapat dilihat dari Tabel Tabulasi Pendapatan Keluarga Penjual Aksesoris di Bukit Kasih Kanonang Kontribusi Ibu Rumah Tangga x 100 = 33,81% Berdasarkan tabel tabulasi dapat dilihat bahwa kontribusi istri terhadap pendapatan keluarga sebesar 33,81%. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi istri lebih kecil dari pada kontribusi suami untuk menunjang pendapatan keluarga. Dikarenankan para istri mengerjakan pekerjaan menjual aksesoris setelah menyelesaikan pekerjaannya dirumah sebagai ibu rumah tangga seperti memasak, mencuci dan mengurus anak dan setelah itu mengerjakan pekerjaannya sebagai penjual aksesoris. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kontrbusi pendapatan ibu rumah tangga penjual aksesoris terhadap pendapatan keluarga yaitu sebesar dari total keseluruhan pendapatan keluarga. Dan jika dilihat dari umur responden terbanyak ada pada umur 41-46 tahun, jika dilhat dari Tingkat pendidikan responden terbanyak ada pada tingkat pendidikan SMP, jika dilihat dari jumlah tanggungan responden maka jumlah tanggungan terbanyak yaitu jumlah tanggungan 2 , jika dilihat dari lama bekerja responden maka dapat dilihat lama bekerja responden terbanyak ada pada 1-5 tahun, jika dilihat dari jumlah hari kerja terbanyak responden yaitu 16 hari kerja dalam satu bulan dan jika dilihat berdasarkan pekerjaan suami, kontribusi ibu rumah tangga tertinggi yaitu pekerjaan sebagai fotografer, dengan persentase Saran 1. Lebih mengembangkan usaha menjual Aksesoris dengan cara menambah jenis aksesoris yang lebih bervariasi. 2. Mencari alternatif lain dengan cara menjual aksesoris tidak hanya di Bukit Kasih Kanonang tapi juga di tempat wisata lain sehingga dapat meningkatkan pendapatan. 3. Penelitian ini hendaknya dapat dijadikan patokan bagi ibu-ibu rumah tangga dalam mengerjakan sesuatu bahwa selain pekerjaan sebagai istri dan ibu dalam keluarga dapat juga berperan dalam usaha mencari nafkah guna menambah pendapatan keluarga. Kontribusi Pendapatan Ibu Rumah Tanggaβ¦β¦β¦β¦β¦.............................Gloria Lopulalang, Mex Sondakh, Melsje Memah DAFTAR PUSTAKA Handayani dan Artini, 2009. Kontribusi Pendapatan Ibu Rumah Tangga Pembuat Makanan Olahan Terhadap Pendapatan Keluarga. Piramida Volume V No 1 Juli. Diakses pada 10 Desember 2010. Sukirno, Sadono. 2009. Mikro Ekonomi. Jakarta Raja Grafindo Persada. Wisadirana. 2004. Kontribusi pendapatan tenaga kerja wanita pada usaha pembuatan tempe terhadap pendapatan keluarga Studi Kasus Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang Skripsi A. A Murad D 2016. Diakses pada 1 Desember 2019. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Th Nor Indah HandayaniPutu WayanArtiniThe Contribution of Housewife Workers in Food Processing to The Total Family Income The uncertainly of the economic condition where the chance of employment is limited has led to the stability of family source of income. This condition has pushed haousewifes where previously just conserned on domestic matters to public sector partisipation to support family income. This research aimed at finding contribution of housewife workers income by processing food to the total family income. This research was conducted at Pemogan village, South Denpasar district, Province of Bali. This result of the research shows that type of job done by housewife worker were in food industries with the average time alocation for processing food accounts for hours per day. It was also found that the average of earning per month is and it amounts is of the total family's income. This implies that labor produvtivity is Rp3, per hour. The reasons wife working are a to support family income, b to fill sparetime with positive activities, c to look for an experiences. About 83,3% housewife worker doesn't find difficulties for processing food, only a small amount 16,7% finds difficulties. In order to improve the contibution of houswife worker to the family income, it is suggested to guide them for better processing methodes and management by related institutions. This includes Bali Agricultural office and Ekonomi. Jakarta Raja Grafindo PersadaSadono SukirnoSukirno, Sadono. 2009. Mikro Ekonomi. Jakarta Raja Grafindo pendapatan tenaga kerja wanita pada usaha pembuatan tempe terhadap pendapatan keluarga Studi Kasus Kelurahan Tanjung SariWisadiranaWisadirana. 2004. Kontribusi pendapatan tenaga kerja wanita pada usaha pembuatan tempe terhadap pendapatan keluarga Studi Kasus Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang Skripsi A. A Murad D 2016. Diakses pada 1 Desember 2019.
ArticlePDF AvailableAbstractStunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita bayi di bawah lima tahun yang diakibatkan oleh kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek pada usianya. Faktor penyebab stunting terdiri dari faktor dasar seperti faktor ekonomi dan pendidikan ibu, kemudian faktor intermediet seperti jumlah anggota keluarga, tinggi badan ibu, usia ibu, dan jumlah anak ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu dan pendapatan keluarga terhadap kejadian stunting pada balita di wilayah puskesmas Way Urang Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian analitik observasional dengan desain penelitian case control. Pengambilan sampel menggunakan metode probability sampling dengan jenis proportional sampling dan alat ukur berupa kuesioner. Analisis data dengan uji chi square. Penelitian dilakukan terhadap 98 responden ibu dengan tingkat pendidikan rendah sejumlah 67,3% dan tingkat pendapatan keluarga rendah sebesar 55,1%. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dan pendaatan keluarga terhadap kejadian stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Way Urang Kabupaten Lampung Selatan p=0,008 dan p=0,018. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dan pendapatan keluarga terhadap kejadian stunting pada balita di wiayah kerja Puskesmas Way Urang Kabupaten Lampung Selatan. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu... Sutarto, Tiara Cornela Azqinar, Rani Himayani, Wardoyo 256 Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 9 No. 2, April 2020, hal. 256 β 263 ISSN 2301-6604 Print, ISSN 2549-3485 Online Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dan Pendapatan Keluarga dengan Kejadian Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Way Urang Kabupaten Lampung Selatan The Relationship between Mother's Education Level and Family Income with Stunting in Toddlers in the Way Urang Community Health Center, South Lampung Regency Sutarto1, Tiara Cornela Azqinar2, Rani Himayani3, Wardoyo4 1Bagian Ilmu IKKOM-IKM Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung 2 Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung 3 Bagian Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung 4 Badan Dinklat PPSDM, Provinsi Lampung *korespondensi Penulis sutarto Penyerahan 18-01-2020, Perbaikan 23-03-2020, Diterima 02-05-2020 ABSTRACT Stunting is a condition of failure to thrive in children under five babies under five years old due to chronic malnutrition so that the child is too short for his age. Factors causing stunting consist of primary factors such as economic factors and mother's education, then intermediate factors such as the number of family members, mother's height, mother's age, and the number of mother's children. This study aims to determine the relation of mother's education level and family income on the incidence of stunting in infants in the Way Urang puskesmas area, South Lampung Regency. Observational analytic research with case-control research design. Sampling uses probability sampling method with a proportional sampling type and a measuring instrument in the form of a questionnaireβdata analysis with the chi-square test. The study was conducted on 98 respondents with a low education level of and a low family income level of Statistical test results show that there is a significant relationship between mother's education level and family obedience to the incidence of stunting in infants in the work area of Puskesmas Way Urang South Lampung Regency p = and p = There is a correlation between the mother's education level and family income to the prevalence of stunting among children under five in the work area of Puskesmas Way Urang South Lampung regency. Keywords Stunting, motherβs education level, family income. ABSTRAK Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita bayi dibawah lima tahun yang diakibatkan kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Faktor penyebab stunting terdiri dari faktor dasar seperti faktor ekonomi dan pendidikan ibu, kemudian faktor intermediet seperti jumlah anggota keluarga, tinggi badan ibu, usia ibu, dan jumlah anak ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu dan pendapatan keluarga terhadap kejadian stunting pada balita di wilayah puskesmas Way Urang Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian analitik observasional dengan desain penelitian case control. Pengambilan sampel menggunakan metode probability sampling dengan jenis proportional sampling dan alat ukur berupa kuesioner. Analisis data dengan uji chi square. Penelitian dilakukan terhadap 98 responden ibu dengan tingkat pendidikan rendah sejumlah 67,3% dan tingkat pendapatan keluarga rendah sebesar 55,1%. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dan pendaatan keluarga terhadap kejadian stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Way Urang Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu... Sutarto, Tiara Cornela Azqinar, Rani Himayani, Wardoyo 257 Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 9 No. 2, April 2020, hal. 256 β 263 ISSN 2301-6604 Print, ISSN 2549-3485 Online Kabupaten Lampung Selatan p=0,008 dan p=0,018. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dan pendapatan keluarga terhadap kejadian stunting pada balita di wiayah kerja Puskesmas Way Urang Kabupaten Lampung Selatan. Kata kunci Stunting, Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga. PENDAHULUAN Kejadian stunting pada balita termasuk salah satu permasalahan gizi secara global. Pada tahun 2017 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita di dunia mengalami stunting. Lebih dari setengah balita stunting di dunia berasal dari Asia 55% sedangkan lebih dari sepertiganya 39% tinggal di Afrika. Dari 83,6 juta balita stunting di Asia, proporsi terbanyak berasal dari Asia Selatan 58,7% dan proporsi paling sedikit di Asia Tengah 0,9%. Asia Tenggara pada tahun 2017 memiliki prevalensi kejadian stunting 14,9%. Kejadian stunting pada balita lebih banyak terjadi di negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki kejadian stunting tinggi pada balita Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017.Sekitar 37% atau hampir 9 juta anak balita di Indonesia mengalami stunting Riskesdas. 2013. Indonesia adalah negara dengan prevalensi stunting terbesar kelima di dunia. Pada anak balita dan baduta yang mengalami stunting akan cenderung memiliki kecerdasan yang tidak maksimal, lebih rentan terhadap penyakit, dan dapat berisiko menurunnya tingkat produktivitas di masa depan. Stunting pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan, dan memperlebar ketimpangan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. 2017. Menurut Riskesdas 2013, prevalensi balita sangat pendek di provinsi Lampung sebesar 27,6% dan balita pendek sebesar 15%. Provinsi Lampung masuk dalam kategori wilayah dengan prevalensi balita pendek sangat tinggi. Sedangkan pada tahun 2015 persentase balita sangat pendek di provinsi Lampung sebesar 20,6%, balita pendek sebesar 16,1% dan normal sebesar 61,3%. Lampung Selatan mempunyai persentase balita sangat pendek sebesar 25,2% dan balita pendek sebesar 17,8%, persentase ini cukup besar jika dibandingkan dengan persentase kejadian stunting nasional Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2015. Stunting adalah kondisi dimana bayi bawah lima tahun balita gagal mengalami pertumbuhan, hal tersebut merupakan dampak dari kurangnya gizi kronis dan menyebabkan anak tersebut terlalu pendek untuk seusianya. Faktor penyebab stunting terdiri dari faktor dasar seperti faktor ekonomi dan pendidikan ibu, kemudian faktor intermediet seperti jumlah anggota keluarga, tinggi badan ibu, usia ibu, dan jumlah anak ibu. Selanjutnya adalah faktor langsung seperti pemberian ASI ekslusif, asupan makan, berat badan lahir rendah BBLR Darteh EKM, Acquah E, Kumi-Kyereme A. 2014. Perkembangan dan pertumbuhan anak sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu. Tingkat pendidikan ibu yang rendah merupakan faktor risiko terjadinya keterlambatan perkembangan anak. Ibu dengan tingkat pendidikan yang rendah akan kurang dalam memberikan stimulasi dibandingkan dengan ibu pendidikan Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu... Sutarto, Tiara Cornela Azqinar, Rani Himayani, Wardoyo 258 Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 9 No. 2, April 2020, hal. 256 β 263 ISSN 2301-6604 Print, ISSN 2549-3485 Online tinggi. Pola asuh kepada anak, perilaku hidup sehat, ketersediaan dan pola konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orangtua terutama ibu Ariani dan Yosopranoto M. 2012. Pendapatan keluarga adalah jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota rumah tangga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan dalam rumah tangga Badan Pusat Statistik. 2017.Kemampuan keluarga untuk membeli makanan bergizi dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat pendapatan. Pendapatan yang tinggi memungkinkan terpenuhinya kebutuhan makanan seluruh anggota keluarga. Sebaliknya, tingkat pendapatan yang rendah mengakibatkan kurangnya daya beli pangan rumah tangga. Apabila daya beli pangan rendah menyebabkan kurang terpenuhinya kebutuhan gizi balita Anisa, P. 2012. Lampung Selatan termasuk dalam 3 besar prioritas intervensi stunting dan beberapa desa di wilayah kerja puskesmas Way Urang sendiri masuk dalam daftar 1000 desa prioritas intervensi stunting, diantaranya Desa Tajimalela dan Desa Taman permasalahan diatas peneliti menilai perlunya dilakukan penelitian terkait hubungan tingkat pendidikan ibu dan pendapatan keluarga terhadap kejadian stunting pada balita. METODE Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan case control. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Labuhan Ratu Kota Bandarlampung Desa Merak Belantung, Tajimalela, dan Taman Agung pada bulan November 2019. Teknik pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik purposive sampling dengan besar sampel sebanyak 98 orang. Populasi pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita stunting usia 24-59 bulan sebanyak 49 orang dan ibu yang memiliki balita normal usia 24-59 bulan sebanyak 49 orang dan berada di wilayah kerja Puskesmas Way Urang Kabupaten Lampung Selatan. Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu responden bersedia menjadi objek penelitian dan hadir saat pengambilan data, ibu yang memiliki balita usia 24-59 bulan, bayi lahir normal dan sehat, responden dapat membaca dan menulis. Kriteria eksklusi penelitian ini adalah balita yang tidak memiliki ibu, balita dengan riwayat infeksi berkepanjangan, balita dengan penyakit jantung bawaan dan balita dengan kelainan kongenital. Variabel independen bebas dalam penelitian ini yaitu tingkat pendidikan ibu dan pendapatan keluarga. Variabel dependen terikat dalam penelitian ini yaitu kejadian stunting pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Way Urang Kabupaten Lampung Selatan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, Metode pengambilan data menggunakan data primer yaitu wawancara dan kuisioner. Sedangkan data sekunder berupa Laporan tahunan Puskesmas Way Urang Kabupaten Lampung Selatan mengenai daftar nama balita stunting dan normal. Lalu data dianalisis menggunakan analisis univariat dan bivariat Chi Square. HASIL Pada penelitian ini dapat dilihat data deskriptif mengenai tingkat pendidikan ibu dan pendapatan keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu... Sutarto, Tiara Cornela Azqinar, Rani Himayani, Wardoyo 259 Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 9 No. 2, April 2020, hal. 256 β 263 ISSN 2301-6604 Print, ISSN 2549-3485 Online Way Urang Kabupaten Lampung Selatan, yaitu pada tabel 1. Tabel 1. Distribusi Frekuensi mengenai tingkat pendidikan ibu dan pendapatan keluarga Tinggi SMA, Diploma, S1 32 32,7% Tingkat Pendapatan KeluargaTinggi > 44 44,9% Hasil univariat pada penelitian ini didapatkan data responden dengan pendidikan rendah sebanyak 62 orang 67,3% dan pendidikan tinggi sebanyak 32 orang 32,7%. Responden dengan tingkat pendapatan keluarga tinggi sebanyak 54 55,1% dan pendapatan rendah sebanyak 44 44,9%. Pada penelitian ini dapat dilihat hasil analisis bivariat mengenai hubungan faktor bebas dan faktor terikat, yaitu pada tabel 2. Tabel 2. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Terhadap Kejadian Stunting Tingkat Pendidikan Ibu p value Rendah 0,018 Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 66 responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah, sebanyak 39 responden 79,6% memiliki balita stunting dan 27 responden 55,1% memiliki balita normal, sedangkan dari 32 responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, sebanyak 10 orang 20,4% memiliki balita stunting dan 22 responden 44,9% memiliki balita normal. Hasil uji chi square didapatkan nilai p value 0,018 p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu terhadap kejadian stunting pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Way Urang Kabupaten Lampung Selatan. Tabel 3. Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga Terhadap Kejadian Stunting pada Balita Tingkat Pendapatan Keluarga p value Rendah 34 69,4%20 40,8%0,008 Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu... Sutarto, Tiara Cornela Azqinar, Rani Himayani, Wardoyo 260 Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 9 No. 2, April 2020, hal. 256 β 263 ISSN 2301-6604 Print, ISSN 2549-3485 Online Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 54 responden yang memiliki tingkat pendapatan keluarga rendah, sebanyak 34 responden 69,4% memiliki balita stunting dan 20 responden 40,8% memiliki balita normal, sedangkan dari 44 responden yang memiliki tingkat pendapatan keluarga tinggi, sebanyak 15 orang 30,6% memiliki balita stunting dan 29 responden 59,2% memiliki balita normal. Hasil uji chi square didapatkan nilai p value 0,008 p<0,05. PEMBAHASAN Hasil penelitian ini terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu terhadap kejadian stunting pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Way Urang Kabupaten Lampung Selatan. Hal ini sejalan dengan penelitian Setiawan 2018 di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang dengan jumlah 74 responden dan didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu terhadap kejadian stunting pada balita. Penelitian lain yang menunjukkan bahwa adanya hubungan bermakna antar variabel tersebut, diantaranya pada penelitian Kusumawati 2015 di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas dengan jumlah 50 responden dan Niβmah Rahayu 2015 di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Kali Kedinding dengan jumlah 68 responden. Penelitian di Nepal oleh Tiwari, et al 2014 menunjukkan hal yang sama bahwa pendidikan ibu berhubungan dengan kejadian stunting balita. Rendahnya pendidikan ibu merupakan penyebab utama dari kejadian stunting pada anak sekolah dan remaja di Nigeria. Ibu yang berpendidikan lebih tinggi lebih memungkinkan untuk membuat keputusan yang akan meningkatkan gizi dan kesehatan anak-anaknya. Tingkat pendidikan ibu juga menentukan kemudahan ibu dalam menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang diperoleh. Dari kepentingan gizi keluarga, pendidikan diperlukan agar ibu lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi di dalam keluarga dan bisa mengambil tindakan secepatnya Suhardjo. 2003. Tingkat pendidikan ibu adalah pendidikan formal terakhir yang ditamatkan. Fungsi pendidikan untuk ibu adalah mengembangkan wawasan anak mengenai dirinya dan lingkungan. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan ibu tergantung pada lama pendidikan yang ditempuh. Ibu dengan tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima informasi kesehatan khususnya tentang cara mendidik balita sehari β hari. Faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan balita yaitu cara merawat dan mendidik. Ibu dengan pendidikan rendah akan sulit menerima informasi, sehingga anak yang hidup dalam keluarga dengan tingkat pendidikan dasar cenderung mengalami pertumbuhan yang lambat karena pola pengasuhan yang diberikan pada anak Departemen Kesehatan RI. 2008. Tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap konsumsi makanan anak yang disebabkan oleh pola pikir dan pengalaman. Tingkat pendidikan ibu yang tinggi akan lebih memilih makanan yang kualitasnya lebih baik dari pada yang tingkat pendidikannya rendah. Ibu dengan pendidikan tinggi akan lebih memilih makanan yang memiliki kandungan gizi yang tinggi sesuai dengan pangan yang tersedia dan kebiasaan makan sejak kecil, sehingga kebutuhan gizi terpenuhi. Dilihat dari kualitas makanan yang dikonsumsinya, ibu berpendidikan tinggi akan lebih kritis dalam pemilihan makan, keburukan, dan Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu... Sutarto, Tiara Cornela Azqinar, Rani Himayani, Wardoyo 261 Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 9 No. 2, April 2020, hal. 256 β 263 ISSN 2301-6604 Print, ISSN 2549-3485 Online risiko dalam konsumsi pendidikan ibu yang lebih tinggi memiliki hubungan terhadap pengasuhan yang baik pada anak, seperti penggunaan garam beryodium, pemberian kapsul vitamin A, imunisasi yang lengkap dan sanitasi yang Penelitian Ramli et al di Maluku 2009 menemukan bahwa pendidikan ibu berhubungan signifikan dengan kejadian stunting pada balita. Terdapat hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan kejadian stunting pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Way Urang Kabupaten Lampung Selatan pada penelitian ini. Hal ini sejalan dengan penelitian Setiawan 2018 di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang dengan jumlah 74 responden dan didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendapatan keluarga terhadap kejadian stunting pada balita. Hasil penelitian lain yang menunjukkan bahwa adanya hubungan bermakna antar variabel tersebut, diantaranya pada penelitian Kusumawati 2015 di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas dengan jumlah 50 responden, Niβmah Rahayu 2015 di Wilayah Kerja Puskesmask Tanah Kali Kedinding dengan jumlah 68 responden, dan Husein Al Anshori 2013 tentang Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Balita di Kecamatan Semarang Timur. Pendapatan merupakan salah satu indikator yang menentukan status ekonomi. Hasil penelitian di Nepal menunjukkan bahwa indeks kekayaan rumah tangga merupakan faktor risiko stunting Tiwari, R., Ausman, L. M., Argho, K. E. 2014. Skor indeks kesejahteraan rumah tangga yang lebih tinggi berhubungan signifikan dengan peningkatan proteksi kejadian stunting Gewa, and Yandel, N. 2012. Pendapatan keluarga adalah jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota rumah tangga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan dalam rumah tangga. Pendapatan keluarga termasuk balas jasa atau imbalan yang diperoleh atas fakor produksi yang Peneliti mengklasifikasikan pendapatan rendah tinggi berdasarkan UMR Lampung Selatan. Upah Minimum Provinsi UMP tahun 2018 telah ditetapkan Gubernur Lampung adalah sebesar Rp sedangkan Upah Minimum Kabupaten Lampung Selatan telah ditetapkan sebesar Rp2. 168. 702 Anisa, P. 2012. Kemampuan keluarga untuk membeli makanan bergizi dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat pendapatan. Pendapatan yang tinggi memungkinkan terpenuhinya kebutuhan makanan seluruh anggota keluarga. Sebaliknya, tingkat pendapatan yang rendah mengakibatkan kurangnya daya beli pangan rumah tangga. Apabila daya beli pangan rendah menyebabkan kurang terpenuhinya kebutuhan gizi balita Sumarwan, Ujang. 2002. Tingkat pendapatan yang tinggi memberi peluang lebih tinggi bagi keluarga dalam memilih bahan pangan baik jumlah maupun jenisnya. Pendapatan yang diukur biasanya bukan hanya pendapatan yang diterima oleh seorang individu, tetapi diukur semua pendapatan yang diterima oleh semua anggota keluarga dimana konsumen berada. Jumlah pendapatan keluarga dapat mempengaruhi ketersediaan pangan disebuah keluarga, karena pendapatan akan memenuhi kebutuhan pangan sesuai dengan daya belinya. Daya beli sebuah rumah tangga bukan hanya Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu... Sutarto, Tiara Cornela Azqinar, Rani Himayani, Wardoyo 262 Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 9 No. 2, April 2020, hal. 256 β 263 ISSN 2301-6604 Print, ISSN 2549-3485 Online ditentukan oleh pendapatan dari satu orang, tetapi dari seluruh anggota rumah tangga yang bekerja Sumarwan, Ujang. 2002. KESIMPULAN Berdasarkan uraian sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dan pendapatan keluarga terhadap kejadian stunting pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Way Urang Kabupaten Lampung Selatan. DAFTAR PUSTAKA Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Buku Saku Pemantauan Status Gizi. Jakarta Direktorat Gizi Masyarakat dan Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat. Riskesdas. 2013. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar Riskesdas Tahun 2013. Jakarta Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. 2017. 100 Kabupaten/kota prioritas untuk intervensi anak kerdil stunting. Vol 2. Jakarta Sekertariat Wakil Presiden Republik Indonesia. Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Lampung Tahun 2015. Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Bandar Lampung. Darteh EKM, Acquah E, Kumi-Kyereme A. 2014. Correlates of stunting among children in ghana. BMC Public Health. 1412-7. Ariani dan Yosopranoto M. 2012. Usia anak dan pendidikan ibu sebagai faktor risiko gangguan perkembangan anak. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 272118-121. Badan Pusat Statistik. 2017. Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia Per Provinsi, Maret 2017. BPS. Jakarta. Anisa, P. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita usia 25-60 bulan di Kelurahan Kalibiru Depok tahun 2012 [Skripsi]. Jakarta Universitas Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Buku saku pemantauan status gizi. JakartaDirektorat Gizi Masyarakat dan Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat. Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta Bumi Aksara. Departemen Kesehatan RI. 2008. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta Departemen Kesehatan RI Nasikhah, Roudhotun. 2012. Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-36 bulan di kecamatan Semarang Timur. Journal Of Nutriton College. 11 715 β 730. Supriyanti, NT. 2014. Hubungan antara pola konsumsi dan kejadian infeksi dengan status gizi balita usia 12-59 bulan di desa Baban, Kecamatan Gapura Sumenep. Skripsi. Universitas Airlangga Tiwari, R., Ausman, L. M., Argho, K. E. 2014. Determinants of stunting and severe stunting among under-fivesevidence from 2011 Nepal Demographic and Healthy Survey. BMC Pediatrics, 14, 239. Gewa, and Yandel , N. 2012. Undernutrition among kenyan children contribution of child, maternal, and household factors. Public Health Nutrition. 1529-38. Badan Pusat Statistik. 2017. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu... Sutarto, Tiara Cornela Azqinar, Rani Himayani, Wardoyo 263 Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 9 No. 2, April 2020, hal. 256 β 263 ISSN 2301-6604 Print, ISSN 2549-3485 Online Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia Per Provinsi, Maret 2017. BPS. Jakarta. Bank Indonesia. 2018. Kajian ekonomi dan keuangan regional provinsi lampung 2018. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung. 15110β17. Anisa, P. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita usia 25-60 bulan di Kelurahan Kalibiru Depok tahun 2012 [Skripsi]. Jakarta Universitas Indonesia. Sumarwan, Ujang. 2002. Perilaku konsumen. Jakarta Ghalia Indonesia. ... Factors that can affect the development of toddlers are how to care and educate. Mothers with low education will find it difficult to receive information, so children who live in families with basic education levels tend to experience slow growth due to the parenting patterns given to children [19]. Based on the results of the study, the variable of the Mother's First Marriage Age X2 has a p-value of < ...Ni Nyoman Kusuma Anggraeni Ida Ayu Nyoman SaskaraNi Nyoman YuliarmiStunting is a condition of failure to thrive in toddlers due to long-term malnutrition, exposure to repeated infections, and lack of stimulation. Stunting is influenced by the health status of adolescents, pregnant women, toddler's diet, as well as economic, cultural, and environmental factors such as sanitation and access to health services. Abang District is the subdistrict with the highest number of stunted children under five in Bali Province in 2022 with 17,523 children under five. The aims of this study were 1 to analyze the partial effect of family income, education and age of mother's first marriage on the chances of a child born with stunting in Abang District. 2 To analyze whether the mother's education reduces the influence of the mother's first marriage age on the chances of a child born with stunting in Abang District. The sample in this study were 99 toddlers and the sample was taken using a non-probability sampling method, namely purposive sampling. The data analysis technique used was Logistic Regression and Moderated Regression Analysis MRA using the STATA tool. Based on the results of the study it can be concluded that 1 Family income, education and age of mother's first marriage have a significant negative effect on the chances of a child born with stunting in Abang District. 2 Mother's education reduces the effect of mother's first marriage age on the chance of a child born with stunting in Abang District.... Prevalensi stunting tahun 2018 di Jawa Timur nyaris 32, 81%. Prevalensi tersebut lebih besar dari angka stunting nasional ialah sebesar 30 Menurut WHO, kondisi gagal tumbuh ini terjadi akibat minimnya konsumsi gizi dalam waktu lama dan terbentuknya infeksi yang berulang serta terjadi kendala pada masa HPK ialah dari 270 hari selama kehamilan serta 730 hari awal sehabis balita dilahirkan, perihal itu harus dipastikan perkembangan serta pertumbuhan bayi di periode yang akan datang. Apabila menghadapi permasalahan gizi pada periode tersebut, anak akan menghadapi keterlambatan dalam pertumbuhan serta kognitifnya 25 . ...Yustika Dyah RahayuBinti YunariyahRoudlotul JannahStunting merupakan masalah kekurangan gizi pada balita diakibatkan oleh beberapa faktor. Stunting di Indonesia pada tahun 2018 mengalami peningkatan menjadi 30,8 % dan 2019 menurun menjadi 27,7 % atau dengan kata lain 28 dari 100 balita menderita stunting. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktor apa yang menyebabkan kejadian stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Semanding Tuban tepatnya di Desa Penambangan. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian survei deskriptif, teknik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling dengan populasi 160 orang dan 114 sampel ibu yang memiliki balita stunting. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan kuesioner. Data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi. Hampir seluruhnya balita stunting Desa Penambangan tidak memiliki berat badan lahir rendah dengan jumlah sebanyak 82,5%, sebagian besar ibu yang memiliki balita stunting memiliki tingkat pendidikan dasar 52,6%. Hampir seluruhnya orang tua yang memiliki balita stunting berpendapatan dibawah UMR Kota Tuban 76,3%. Hampir seluruhnya ibu yang memiliki balita stunting tidak memberikan ASI eksklusif 78,1%. Dari tabel distribusi frekuensi yang menyebabkan kejadian stunting di Desa Penambangan yaitu faktor pendidikan ibu, faktor pendapatan orang tua dan pemberiaan ASI eksklusif. Faktor yang paling besar menyebabkan kejadian stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Semanding Tuban di Desa Penambangan adalah faktor pendidikan ibu, pendapatan orang tua dan pemberiaan ASI eksklusif. Petugas kesehatan dapat memberikan kegiatan penyuluhan mengenai stunting agar dapat melakukan pencegahan dan penurunan angka Wilda NingsiSupyati SupyatiWahdaniyah WahdaniyahDevi AndrianiIndonesia is a country with a triple burden of malnutrition which is characterized by a high prevalence of stunting and anemia in pregnant women. This study aimed to determine the relationship between parenting styles for toddlers 24-59 months of age on the incidence of stunting in Majene district in 2022. This study used an observational study with a cross-sectional design with a population of 236 children under five with a sample of 70 children who were taken using the purposive sampling technique. Data was collected using a questionnaire and data analysis statistics using the chi-square test. The results of statistical tests showed that 52,9% had good parenting and did not experience stunting and 75% had poor parenting with stunting status, there was alsoan association between maternal parenting and stunting in children aged 24 to 59 months with a p-value of 0,023. The conclusionof this study is that there is an association between maternal parenting and the incidence of infant stunting between 24 and 59 months of Dian KhairaniKusmiyati TjahjonoAli Rosidi Etika NoerStunting is a condition of failure or a child's growth process that is not following their age. Many factors can cause children to experience stunting both in terms of health and outside health, such as economic conditions, nutritional status experienced by mothers during pregnancy, malnutrition, and improper feeding and care early in life. The study aimed to determine pregnancy and birth history as risk factors for stunting in children aged 24-59 months. The study used a case-control design, with the number of subjects being 176 children, calculating subjects using total sampling techniques on case subjects and matching on control subjects. The research was conducted at the Pangkalan Balai Health Center, Banyuasin Regency, South Sumatra, in 2022. Data was collected for one month and then analyzed using the chi-square test and Logistic Regression. The results showed that parental income p= 0,034; OR= 2,571, early marriage p= 0,001; OR= 2,760, maternal age at pregnancy p= 0,003; OR= 2,692, nutritional status at pregnancy p=0,020; OR=2,080, birth length p= 0,001; OR= 6,633 and birth weight p= 0,044; OR= 3,632 are risk factors for stunting. The most influential determinant factor was the birth length. Conclusion, parental income, early marriage, age at risk of pregnancy, nutritional status of pregnant women, birth length, and birth weight are risk factors for stunting in children aged 24-59 months at Pangkalan Balai Health Center. Zenderi WardaniEmiliaOvi AndariABSTRAK Latar Belakang Pola asuh makan yangtidak adekuat terutama dalam perilaku dan praktik pemberian makan merupakan salah satu faktor stunting Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisa hubungan pola asuhmakan terhadap kasusstunting pada balita di Desa Serdang Wilayah Kerja Puskesmas Rias Kabupaten Bangka Selatan. Metode Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain crosssectional, yang dilakukan pada bulan Mei-Juni 2022. Populasi penelitian adalah seluruhanak usia 6-24 bulan denganbesar sampel sebanyak 33 balita dipilih menggunakan teknik simple randomsampling. Pengumpulan data pola asuh makan menggunakan kuesioner dan penentuan status gizi dengan indeks TB/U dilakukan menggunakan software WHO Anthro. Analisis data dilakukan dengan cara analisis deskriptif dan datadisajikan dalam grafik atau tabel. Analisis keterhubungan dilakukan menggunakan uji statistik korelasi non parametrik spearman rank test. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa masalah stunting masih menjadi masalah kesehatan masyarakat 33,3% dengan pola asuh kategori rendah pada aspek demandingnessdan responsiveness berturut-turut sebesar54,5% dan 72,7%. Kesimpulan Ada hubungan antara pola asuh aspek demandingness dengan stunting Ο=0,04. Penelitian ini merekomendasikan intervensi edukasi gizi terkait pemberian makanan bayi dan anak PMBA disertai peningkatan pemberdayaan ekonomi keluarga. ABSTRACT Background Inadequate parenting, especially in terms of behavior and feeding practices, is one of the factors of stunting. Purpose This study aimed to describe and analyze the relationship between parenting and eating patterns in cases of stunting of under-5 years children in Serdang Village, Working Area of the Rias Health Center, South Bangka District. Method This study used a quantitative method with a cross-sectional design conducted from May to June 2022. The study population was all toddlers aged 6-24 months, with a sample size of 32 under-5 years children selected using a simple random sampling technique. Data collection on parenting and eating patterns used a questionnaire, and the determination of nutritional status with the height/age index was carried out using the WHO Anthro software. Data analysis was carried out through descriptive analysis,and correlation analysis was performed using spearman rank test. Results The results showed that the problem of stunting was still a public health problem with low parenting styles on the demandingness and responsiveness aspects of and respectively. Conclusion There is a relationship between the demandingness aspect of parenting and stunting Ο= This study recommends nutrition education interventions related to infant and child feeding IYCF accompanied by increased family economic ekonomi dan keuangan regional provinsi lampung 2018. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia Per Provinsi, Maret 2017. BPS. Jakarta. Bank Indonesia. 2018. Kajian ekonomi dan keuangan regional provinsi lampung 2018. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung. 151 yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita usia 25-60 bulan di Kelurahan Kalibiru Depok tahunP AnisaAnisa, P. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita usia 25-60 bulan di Kelurahan Kalibiru Depok tahun 2012 [Skripsi].Perilaku konsumen. Jakarta Ghalia IndonesiaUjang SumarwanSumarwan, Ujang. 2002. Perilaku konsumen. Jakarta Ghalia Indonesia.
polis pendapatan keluarga adalah